Sistem Rhesus pada Golongan Darah
Telah
dituliskan: 29 Mei 2013 | Author: Hendra's Suite | Filed under: Tahukah Anda? |Meninggalkan
komentar
Kenal lebih jauh tentang Rhesus (Rh)
Jenis penggolongan darah lain yang cukup dikenal adalah dengan
memanfaatkan faktor rhesus atau Rh. Seseorang yang tidak memiliki faktor Rh di
permukaan sel darah merahnya memiliki golongan darah Rh negatif.
Mereka yang memiliki faktor Rh pada permukaan sel darah merahnya
disebut memiliki golongan darah Rh positif.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) PMI Provinsi Lampung
dr. Aditya M. Biomed mengatakan, status Rh ini menggambarkan adanya partikel
protein di dalam sel darah.
Untuk Indonesia, orang yang memiliki Rh negatif hanya 0,01 persen
dari total penduduk. Hal ini menyulitkan pendonor bagi orang yang memiliki Rh
negatif.
’’Rh negatif menggambarkan adanya kekurangan faktor protein dalam
sel darah merah. Sedangkan Rh positif memiliki protein yang cukup. Kalau jenis
darah pada umumnya diturunkan oleh orang tua kepada anaknya,” jelas dia.
Pemilik Rh negatif tidak boleh ditransfusi dengan darah Rh
positif. Jika dua jenis golongan darah ini bertemu, dipastikan terjadi
’’perang” antara keduanya.
Sistem pertahanan tubuh si reseptor (penerima donor) akan
menganggap Rh dari donor itu sebagai ’’benda asing” yang perlu dilawan seperti
virus atau bakteri. Sebagai bentuk perlawanan, tubuh reseptor akan memproduksi
anti-Rh.
Saat transfusi pertama, kadar anti-Rh masih belum cukup tinggi
sehingga relatif tak menimbulkan masalah serius. Namun saat transfusi kedua,
anti-Rh mencapai kadar yang cukup tinggi.
Anti-Rh ini akan menyerang dan memecah sel-sel darah merah dari
donor. Kondisi ini bukan hanya menyebabkan tujuan transfusi darah tak tercapai,
tetapi memperparah kondisi si reseptor sendiri. Ginjalnya harus bekerja keras
mengeluarkan sisa pemecahan sel-sel darah merah itu.
Itu sebabnya pemilik Rh negatif tidak boleh menerima donor darah
Rh positif sekalipun berdasarkan sistem ABO golongannya sama. Aturan ini tetap
berlaku meski pendonor adalah keluarga dekat atau bahkan darah dagingnya
sendiri.
Urusan Rh tak hanya penting saat proses transfusi darah. Faktor
ini juga perlu diketahui para ibu hamil. Terutama jika ia ber-Rh negatif,
sementara suaminya ber-Rh positif. Masalah ini biasanya terjadi pada perkawinan
antarbangsa.
Secara genetik, Rh positif dominan terhadap Rh negatif. Anak dari
pasangan beda Rh punya kemungkinan 50–100% ber-Rh positif. Kemungkinan ber-Rh
negatif hanya 0–50%. Artinya, Rh si anak lebih mungkin berbeda dengan si ibu.
Jika tidak ditangani dengan tepat, perbedaan Rh antara bayi dengan
ibu ini bakal menimbulkan masalah. Lewat plasenta, Rh darah bayi akan masuk ke
peredaran darah si ibu.
Ini menyebabkan tubuh si ibu memproduksi anti-Rh. Lewat plasenta
juga, anti-Rh ini akan melakukan serangan balik ke dalam peredaran darah si
bayi. Sel-sel darah merah si bayi akan dihancurkan.
Pada kehamilan pertama, anti-Rh mungkin hanya menyebabkan si bayi
lahir kuning (karena proses pemecahan sel darah merah menghasilkan bilirubin
yang menyebabkan warna kuning pada kulit).
Tetapi pada kehamilan kedua, problemnya bisa menjadi fatal jika
anak kedua juga memiliki Rh positif. Saat itu, kadar anti-Rh ibu sedemikian
tinggi sehingga daya rusaknya terhadap sel darah merah bayi juga hebat. Ini
bisa menyebabkan janin mengalami keguguran.
Jika sebelum hamil si ibu sudah mengetahui Rh darahnya, masalah
keguguran ini bisa dihindari.
Sesudah melahirkan anak
pertama dan selama kehamilan berikutnya, dokter akan memberikan obat khusus
untuk menetralkan anti-Rh darah si ibu. Dengan terapi ini, anak kedua tetap
bisa diselamatkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar